MONUMEN JENDRAL SUDIRMAN
Monumen Jendral Sudirman
merupakan salah satu tempat wisata di daerah Pacitan, Jawa Timur. Monumen ini
terletak di daerah yang jauh dari pusat kota Pacitan. Monumen Jendral Sudirman
ini terletak dibagian utara kota Pacitan, yaitu tepatnya di Desa Pakis Baru,
Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Daerah ini
berbatasan dengan kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Karena merupakan daerah
pegungungan dan berbukit, akses jalan menuju Monumen Jendral Sudirman lumayan
sulit. Jalannya sangat sempit, terjal dan berliku.
Mesipun akses jalan menuju
Monumen Jendral Sudirman ini lumayan sulit, tidak menyurutkan pengunjung atau
wisatawan-wisatawan yang berdatangan dari luar kota, terutama para sejarahwan. Para
wisatawan justru senang dengan jalan menuju desa Pakis Baru ini karena
panorama-panorama pemandangan alam yang ada disepanjang jalan sangat memikat
mata dan hati para wisatawan.
Monumen Jendral Sudirman
dibangun pada tahun 1982. Monumen ini dibangun oleh keluarga Bapak Roto
Suwarno. Bapak Roto Suwarno ini merupakan tokoh yang sangat berjasa dan
terkenal di desa Pakis Baru. Beliau
dahulunya merupakan pengawal dari Panglima Jendral Sudirman saat bermakas di
Desa Pakis Baru. Beliau mendirikan sebuah yayasan yang bernama “Kembang Mas”
(Perkembangan dan Pembangunan Masyarakat). Dengan yayasan tersebut beliau
membangun berbagai fasilitas umum untuk masyarakat desa Pakis Baru. Diantaranya
adalah lapangan tenis, sekolah-sekolah formal, penginapanan, dam, monumen, dan
lain-lain. Semua fasilitas-fasilitas yang telah dibangunnya ini diberi nama
Kembang Mas. Dan yang paling tersohor dari pembangunan-pembangunan yang telah
dilakukan adalah pembangunan monumen Jendral Sudirman ini.
Alasan beliau membangun
monumen di desa Pakis Baru ini adalah karena ditempat ini terdapat sebuah nilai
historis yang sangat tinggi. Pada tahun 1949 terjadi agresi Belanda yang ingin
kembali menjajah Indonesia. Dan akhirnya terjadi pula perang Gerilya yang
dipimpin oleh Pangsar Jendral Sudirman. Karena kondisinya yang tidak sehat pada saat itu, Pangsar Jendral Sudirman
melakukan perjalanan dengan duduk di atas tandu bersama rombongannya dari kota Yogyakarta yang
mrupakan ibu kota Indonesia saat itu. Beliau ditemani oleh para
pengawal di antaranya adalah Kapten Soepardjo, Kapt. Tjokropanolo dan beberapa
yang lainnya termasuk bapak Roto
Soewarno yang merupakan pendiri dari monumen ini.
Selama kurang lebih 3
bulan 10 hari rombongan itu sampai daerah sobo, desa Pakis Baru ini. Didesa ini
hanya terdapat 15 rumah warga dengan
jumlah penduduk yang tak lebih dari 60 orang. Kemudian rombongan itu menginap disalah satu rumah penduduk setempat yaitu
dirumah bapak Karsosoemito, seorang
bayan (pamong/perangkat desa) Dukuh Sabo, Desa Pakis Baru. Dan dari situlah Jendral Sudirman sebagai
Panglima Besar Angkatan Perang Pucuk Pimpinan Komando Perang Rakyat Semesta
merancang strategi perang gerilya. Konsolidasi pertahanan rakyat semesta
dimantapkan. Bersama penduduk desa mereka bahu membahu dalam menyusun
perlawanan kepada Belanda. Tempat ini
sengaja dipilih karena tempatnnya sangat terpencil sehingga menghindarkan dari
Belanda yang terus mencarinya. Di
tempat itu pula Jendral Sudirman menerima beberapa tamu penting dari ibukota
Yogyakarta. Seperti Letkol Slamet Riyadi, Kol. Zulkifli Lubis, Mayor Suharto.
Dari tempat itu pula Sudirman terus menjalin komunikasi dengan Panglima Tentara
dan Teritorium Jawa Kol. Nasution, Wakil KSAP Kol. Simantupang dan Gubernur
Militer Kol. Gatot Subroto.
Dari
sejarah itulah dibangun monumen Jendral Sudirman ini dengan tujuan untuk
mengenang jasa dari salah satu pahlawan Indonesia ini.
Monumen Jendral Sudirman
ini memiliki daya tarik yang sangat kuat bagi wisatawan, terutama para
sejarahwan. Disini terdapat patung dari Panglima Besar Jendral Sudirman yang
sangat tinggi dan besar. Patung tersebut terletak dibagian paling atas dari monumen tepatnya
diatas bukit yang menjadi saksi sejarah perjuangan Pangsar Jendral Sudirman.
Untuk mencapai lokasi harus menempuh 3 jalur tangga (berundak). Dari bawah
tangga yang pertama berjumlah 45, yang kedua berjumlah 8 dan yang ketiga
berjumlah 17. Nilai yang filosofi
terkandung dari banyaknya jumlah tangga ini adalah hari kemerdekaan
Republik Indonesia, yaitu 17-08-1945. Dahulu dimonumen ini hanya terdapat
sebuah patung dan plataran-plataran tangga tersebut. Tetapi pada tahun 2008
dilakukannya rehabilitas secara besar-besaran. Kemudian pada tahun 2009 monumen
ini telah diresmikan oleh presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY) sebagai salah satu Kawasan Wisata Sejarah di Indonesia. Kawasan
ini akan terus dikembangkan, sehingga ke depan akan menjadi salah satu kawasan
wisata sejarah seperti halnya di Blitar dengan Museum dan Makam Bung Karno,
dan Trowulan Mojokerto dengan peninggalan Kerajaan Majapahitnya.
Selain adanya
patung, dimonumen ini juga terdapat berbagai macam relief dan miniatur. Relief
dan miniatur ini menggambarkan perlawanan rakyat Indonesia yang dipimpin oleh
Pangsar Jendral Sudirman saat melawan Belanda dulu. Relief-relief ini terletak
sipinggiran monumen dengan variasi yang bermacam-macam. Sedangkan miniaturnya
terdapat didalam gedung monumen.
Disepanjang
jalan sebelum memasuki kawasan
ini, ada delapan pintu gerbang berbentuk tugu kanan kiri yang
bertuliskan pesan Jenderal Soedirman. Diantaranya adalah seperti “Kemerdekaan Sudah di Genggam
Jangan Dilepaskan” atau “Walau Dengan Satu Paru-Paru dan
Ditandu Pantang Menyerah, dan masih banyak yang lainnya. Ini dimaksudkan agar dapat menjadi
semangat wisatawan yang datang dalam membela bangsa dan negara Indonesia ini.
Yang paling
menarik dari serangkaian tempat wisata ini adalah sebuah rumah tua, dimana
merupakan rumah Pangsar Jendral Sudirman pernah tinggal. Rumah ini terletak
kurang lebih 2 Km dari monumen. Rumah
bekas markas gerilya Pangsar
Jenderal Soedirman ini terdiri dari dua bangian, bagian depan disambungkan
dengan bagian belakang. Rumah bagian depan berbentuk empat persegi panjang,
11,5 x 7,25 meter persegi, sedangkan bagian belakang berukuran 10,2 x 7,3 meter
persegi. Di masa perjuangan, di sini tempat menyusun
strategi penyerangan dan bertahan dari serangan musuh. Rumah ini juga
dilengkapi dapur dan ruang untuk menyimpan perbekalan atau alat-alat perang. Pada masa perjuangan, bagian depan rumah, dilengkapi satu
set meja – kursi yang terbuat dari kayu. Didalam rumah tersebut juga terdapat sebuah ruangan yang
merupakan kamar atau tempat tidur dari Pangsar Jendral Sudirman dulu. Tetapi
ruangan tersebut tidak boleh dibuka karena dianggap sakral sehingga tidak
sembarangan orang dapat masuk. Rumah ini sengaja tidak boleh dibangun, hanya
saja renovasi kecil-kecilan yang diperbolehkan. Hal ini ditujukan agar tempat
sejarah tersebut tetap asli dan nilai historynya tidak hilang.
Selain itu di
monumen ini juga tersapat banyak villa yang ditujukan untuk wisatawan-wisatawan
dari luar kota. Villa tersebut terletak dibelakang patung, sehingga
wisatawan-wisatawan yang menginap dapat menikmati pemangdangan alam yang begitu
indah. Disamping villa juga terdapat 2 lapangan helycopter. Ini digunakan
apabila ada TNI yang akan melakukan kegiatan di monumen dengan membawa
helycopter.
Kemudian jarak
1 Km sebelum sampai dimonumen terdapat sebuah makam pendiri dari monumen
Jendral Sudirman ini yaitu bapak Roto Soewarno. Tempat ini juga sering
dikunjungi oleh wisatawan setelah dari monumen. Biasannya para wisatawan
menabur bunga dan berdo’a didalam makam.
Demikianlah
deskripsi tentang monumen Jendral Sudirman ini, masih banyak lagi
keindahan-keindahan yang menjadi daya tarik tersendiri. Tidak akan ada ruginya
bila berkunjung ke tempat ini khususnya para ilmuan sejarah. Karena dari
kawasan wisata ini dapat memperoleh
nilai-nilai history yang sangat tinggi.
Foto Presiden RI saat peresmian monumen Jendral Soedirman
Opera di monumen saat peresmian
Monumen Jendral Soedirman tampak dari depan
Sumber : https://www.google.com/search?q=monumen+jenderal+sudirman&client=firefox-b-ab&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjq99f-zp3PAhUCHJQKHeKOC2sQ_AUICSgC&biw=1280&bih=691#imgrc=JG1ZHZGC_q0TXM%3A
0 komentar:
Posting Komentar